Jumat, 31 Januari 2014

KISAH DIBALIK NAMA INDONESIA



KISAH DIBALIK NAMA “INDONESIA”

            Semua berawal dari keinginan colombus untuk berlayar ke India. Perjalanan yang di danai Ratu isabela dari kastilia spanyol ini berorientasi untuk mencari wilayah perluasan kekuasaan. Namun pada tahun 1492, Colombus justru kesasar ke Bahama. Namun colombus tetap “ngeyel” bahwa dia sudah sampai di india. Bahkan, ketika bertemu dengan penduduk asli (sudah ada manusia lho sebelum Colombus ), Colombus justru menyebut mereka sebagai Indian (orang india). Sejarah mencatat, pembantian terhadap orang Indian pun tak terhindarkan.
            Salah paham dari para penjelajah bangsa kulit putih seperti Colombus ini meluas, sehingga orang-orang kulit putih mengira bahwa yang terbentang dari Persia dan tiongkok adalah India. Tidak heran, jika  orang belanda pun ikut-ikutan salah paham. Mengira pulau dari sabang sampai merauke itu sebagai India juga (ost india/india timur). Jadilah kita pada masa penjajahan dahulu disebut orang “indie”, dengan pemerintahan Hindia-belanda.
            Anggapan bahwa kita ini termasuk orang india terus berlanjut sampai Pada tahun 1850, sebuah majalah ilmiah tahunan Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang terbit di Singapura memuat artikel dari Seorang ahli etnologi dari Inggris, George Samuel Windsor Earl. Dalam artikel itu Earl mengusulkan dua nama, Indunesia dan Melayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau).
            Dalam surat kabar yang sama, James Richardson Logan dari Skotlandia juga menulis sebuah artikel yang intinya sama, yaitu perlunya nama khas bagi kepulauan ini. Karena nama Indian Archipelago (kepulauan Hindia) menurutnya terlalu panjang dan membingungkan. Maka dia memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf “U” diganti dengan “O” agar lebih mudah diucapkan. Alasan Logan memilih nama ini adalah karena dia lebih suka menggunakan istilah Geografis murni “Indonesia” yang merupakan sinonim dari kepulauan Hindia daripada istilah Etnografi Melayunesia yang diusulkan Earl.
            Sejak saat itu Logan konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisan-tulisan ilmiahnya. Dan lambat laun istilah ini menyebar ke kalangan ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Sampai pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah dalam ilmu etnografi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan pejuang kemerdekaan. Sehingga nama Indonesia memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaannya atas penjajah (Belanda). Salah satunya adalah Indische Vereeniging yang berubah menjadi Perhimpunan Indonesia.
            Perhimpunan Indonesia sendiri adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak warga Indonesia dari penjajah. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam organisasi ini antara lain: Iwa koesoema Soemantri, Nazir pamoentjak, A.A Maramis, Soekiman Wirosandjojo, Mohammad Hatta, dan lain-lain. Sebelumnya, kelompok ini bernama Indische Vereeniging. Baru pada rapat anggota tanggal 8 Februari 1925 nama Indonesische Vereeniging diganti menjadi “Perhimpunan Indonesia”. Berawal dari sini, organisasi ini mulai memperkenalkan nama Indonesia ke kancah internasional.
            Pada tahun 1926 di kota Bierville, Prancis diadakan sebuah kongres untuk perdamaian yang dihadiri oleh berbagai negeri di dunia. Perhimpunan Indonesiapun mengirimkan delegasi untuk menghadiri acara tersebut dalam rangka melanjutkan propagandanya. Mohammad Hatta, yang waktu itu menjabat sebagai ketua Perhimpunan Indonesia mendapat kesempatan berpidato dalam kongres tersebut. Beliau dan beberapa delegasi dari Asia menyampaikan resolusi yang intinya bahwa penindasan terhadap bangsa-bangsa lain bertentangan dengan jiwa perdamaian. Dan pentingnya Kebebasan bagi bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri.
            Resolusi yang disampaikan tersebut diterima oleh kongres dengan suara hebat. Penerimaan itu tidak saja mengakui hak tiap-tiap bangsa untuk menentukan nasib sendiri. Tetapi juga mengesahkan tiap-tiap perjuangan untuk menjatuhkan kekuasaan kolonial.
            Langkah pertama untuk memperkenalkan Tanah Air kita Indonesia di luar negeri dibuat dengan berhasil. Nama “Indonesia” tidak perlu diajukan dalam resolusi. Selama M. Hatta berada di sana dan setelah mendengar pidato dari beliau pada pembukaan kongres, semua orang di sana menyebut Indonesia. Orang-orang Belanda yang pada pembukaan masih menyebut “Hindia-Belanda”, kata itu tidak diulangi mereka lagi. Dalam perdebatan ataupun dalam pembicaraan lainnya. Dalam tulisan-tulisan mereka ke luar, kepada kawan dan keterangan umum, mereka sebut “Indonesia”. Dalam agenda pimpinan kongres, nama Indonesia telah terekam. Tidak dapat ditukar kembali dengan Hindia-Belanda  (indies-neerlandaises).
            Akhirnya, Indonesia menjadi nama dari Negara tercinta kita. Kita semua wajib bangga dengan nama yang sudah kita sandang ini, dan berjuang untuk kemakmurannya. Hidup Indonesia!
            Oya, Indonesia sendiri secara bahasa dapat diartikan sebagai “kepulauan Hindia”, karena kata ini merupakan sinonim dari Indian Archipelago.

#Rihannan, Njajar 2013

referensi :
1.      www.wikipedia .org

2.      Mohammad Hatta, Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi Sebuah Otobiografi, Jakarta: Kompas, 2011, Hal.97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar