Sabtu, 01 Februari 2014

filosofi BUNGKUS ROKOK




BUNGKUS ROKOK
Okelah, mari sebentar saja kita mengalihkan akal kita ke dalam realita-realita yang lain. Realita yang jarang kita perhatikan, padahal menyenangkan, dan meng-inspirasi-kan. Realita sebagai tempat kita belajar dan menginstropeksi diri.

Bagaimana kalau kita mulai dengan sebungkus rokok di kantong anda (maaf bagi yang “nglinting”ndk termasuk). Ada apa memangnya dengan bungkus rokok? Mungkin itu yang anda pikirkan. Karena memang, anda jarang memperhatikan bungkusnya..yang penting isinya. Sehingga tulisan bercetak tebal “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”, tak mempengaruhi anda untuk tetap setia pada isi bungkus itu.

Seandainya saja sifat cuek pada bungkus dan mementingkan isi ini dapat kita praktekkan ke dalam kehidupan sehari-hari, wah..pasti sangat bermanfaat. Misalnya, dalam memilih pasangan. Kalaupun toh (maaf) bungkusnya ala kadarnya. yang penting isinya luar biasa baik, punya inner beauty/inner handsome.

Selanjutnya, tak ada kejujuran sejujur bungkus rokok. Masak racun ngaku racun. Bukankah ini sama halnya dengan maling ngaku maling? Kalau seandainya kita menjadi seperti bungkus rokok yang saking jujurnya mengumbar “aibnya” seperti ini, kira-kira baik apa tidak ya?ckckckckck.

Oya, masih ada satu lagi sifat bungkus rokok yang ngganjil. Yaitu dia selalu menasehati untuk waspada pada bahaya, padahal sumber bahaya itu ada pada dirinya sendiri. Hmmm..kalau untuk yang ini, kayaknya sudah pada menular pada manusia. Contohnya saudara2. Ada lho pejabat yang nyuruh hentikan korupsi, “korupsi menghancurkan negeri. Katakan tidak pada korupsi..!! stop korupsi..!!” tapi helahdalah..beberapa bulan yang lalu diperiksalah ia sebagai tersangka kasus korupsi. Nah, mungkin ini juga sering terjadi pada kita. Yang bisanya Cuma ngritik..menasehati..agar jangan begini-begitu. Padahal, yang suka begini-begitu ada di dalam diri kita. Menasehati supaya begini-begitu, padahal dirinya sendiri belum bisa begini-begitu.

Jadi, dua sifat aneh pada rokok yang saking jujurnya justru mengumbar aibnya sendiri, serta suka menasehati tanpa melihat dirinya sendiri, tak perlulah kita tiru. Jangan menjadi bungkus rokok. Tapi kalau jadi petani tembakau????hahaha,…sek mikir

#Rihan_Nan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar