BUNGKUS ROKOK

Bagaimana kalau kita mulai dengan sebungkus rokok di kantong anda
(maaf bagi yang “nglinting”ndk termasuk). Ada apa memangnya dengan bungkus
rokok? Mungkin itu yang anda pikirkan. Karena memang, anda jarang memperhatikan
bungkusnya..yang penting isinya. Sehingga tulisan bercetak tebal “Merokok dapat
menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan
janin”, tak mempengaruhi anda untuk tetap setia pada isi bungkus itu.
Seandainya saja sifat cuek pada bungkus dan mementingkan isi ini
dapat kita praktekkan ke dalam kehidupan sehari-hari, wah..pasti sangat
bermanfaat. Misalnya, dalam memilih pasangan. Kalaupun toh (maaf) bungkusnya
ala kadarnya. yang penting isinya luar biasa baik, punya inner beauty/inner
handsome.
Selanjutnya, tak ada kejujuran sejujur bungkus rokok. Masak racun
ngaku racun. Bukankah ini sama halnya dengan maling ngaku maling? Kalau
seandainya kita menjadi seperti bungkus rokok yang saking jujurnya mengumbar
“aibnya” seperti ini, kira-kira baik apa tidak ya?ckckckckck.
Oya, masih ada satu lagi sifat bungkus rokok yang ngganjil. Yaitu
dia selalu menasehati untuk waspada pada bahaya, padahal sumber bahaya itu ada
pada dirinya sendiri. Hmmm..kalau untuk yang ini, kayaknya sudah pada menular
pada manusia. Contohnya saudara2. Ada lho pejabat yang nyuruh hentikan korupsi,
“korupsi menghancurkan negeri. Katakan tidak pada korupsi..!! stop korupsi..!!”
tapi helahdalah..beberapa bulan yang lalu diperiksalah ia sebagai tersangka
kasus korupsi. Nah, mungkin ini juga sering terjadi pada kita. Yang bisanya
Cuma ngritik..menasehati..agar jangan begini-begitu. Padahal, yang suka
begini-begitu ada di dalam diri kita. Menasehati supaya begini-begitu, padahal
dirinya sendiri belum bisa begini-begitu.
Jadi, dua sifat aneh pada rokok yang saking jujurnya justru
mengumbar aibnya sendiri, serta suka menasehati tanpa melihat dirinya sendiri,
tak perlulah kita tiru. Jangan menjadi bungkus rokok. Tapi kalau jadi petani
tembakau????hahaha,…sek mikir
#Rihan_Nan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar