"SISI BAIK KEJAHATAN"

Saya akan
memberikan contohnya. Pada saat mereka menonton film yang terdapat tokoh jahat
(antagonis) dan tokoh baik (protagonist), bisa dipastikan mereka
akan memuji dan membela tokoh protagonisnya.
Ketika menyaksikan
tokoh antagonis melakukan adegan jahat semisal menyiksa, merampok, dan
membunuh, ternyata mereka ikut geram dan membencinya. Pun begitu sebaliknya.
Ketika melihat tokoh protagonist melakukan kebaikan seperti menyelamatkan,
mengasihi, dan berbuat baik lainnya, ternyata mereka justru terkagum dan
menyukainya.
Yang sedikit
membingungkan saya adalah, bahkan seorang perampok pun bisa membenci tindakan
perampokan. Seorang pelaku penganiayaan pun benci melihat tindakan kekerasan.
Sebaliknya, pelaku tindak kejahatan itu begitu menyukai tindakan-tindakan
kebaikan.
Pastinya
saya, anda, dan hampir semua manusia yang menonton film ingin melihat tokoh
protagonist menang di akhir kisah. Apa jadinya jikalau di akhir cerita green
goblin berhasil membunuh spider man, two faces berhasil
membunuh Batman, dan kalimat penutupnya adalah: kejahatan akan selalu
menang. Jayalah kejahatan??? Meskipun sekarang sudah mulai banyak film yang
memberikan ending “penasaran” dimana musuh dalam hal ini masih bertahan, atau
film dengan tokoh utama seorang berandalan, namun film jenis ini tetap
menyajikan sisi “kebaikan-kebaikan” pada tokoh utama. Perilaku kepahlawanan dan
kebaikan akan selalu ada dalam setiap film, karena ini disukai penonton.
Entah benar
atau tidak, di saat seperti itu saya melihat wujud sejati manusia yang suci,
dan selalu menyukai kebaikan. Film, dalam hal ini menyajikan “khayalan”
terpendam mereka tentang kebaikan yang mereka rindukan. Namun dunia nyata,
menyajikan kenyataan yang terkadang berlawanan dengan khayalan mereka.
Mari kita
ambil contoh sederhana dalam pribadi kita yang kerapkali divonis sebagai “orang
baik”. entah karena kita begitu pandai menyembunyikan perilaku buruk kita
sehingga kita tetap diberi status orang baik. paling tidak, kita bukan penjahat
karena tidak masuk penjara, kan?
Mahasiswa
akan senang jika menjadi pintar dan berprestasi. Tapi, mengapa plagiasi, mencontek,
membolos, dan perbuatan tidak baik lainnya tetap dilakukan? Saat ditanya
pendapat kita tentang orang tamak dan sombong, pasti kita akan menjawab itu
tidak baik. tapi, hasrat kita kerapkali bergetar ketika melihat Hp, motor, atau
mobil mewah, kan? Para aktivis akan terbakar semangatnya jika membaca sejarah
perjuangan dan kebaikan pahlawan masa lalu, namun mengapa ada saja mantan aktivis
menjadi koruptor setelah menjabat?
Artinya, secara
pribadi memang saya harus mengakui bahwa saya sangat menyukai kebaikan. Tapi,
saya tidak selalu bisa menjadi orang baik. saya sangat membenci kejahatan.
Tapi, terkadang saya melakukan perbuatan buruk dalam kondisi sangat sadar.
Bagaimana dengan anda?
Maka
pertanyaan yang menarik adalah, meskipun Fitrah manusia memang suci dan
menyukai kebaikan. Lalu, dari mana sebenarnya perilaku jahat itu berasal?
Socrates
mengatakan bahwa manusia berbuat jahat karena mereka tidak tahu apa yang baik
bagi dirinya. Ilmu psikologi mengatakan sifat/tabiat bawaan lahir manusia
ataupun hasil pengaruh dari luar bisa jadi penyebabnya. Aktivis mengatakan
tekanan kebutuhan hidup,kurangnya perhatian pemerintah adalah faktor maraknya
kejahatan. Agamawan mengatakan nafsu dan syetan biang keladinya. Orang awam
mengatakan dengan wajah polos, “ya… semua teori itu benar dan dapat menjadi
alasan mengapa manusia berbuat jahat”
Namun pada
diri saya dan pada diri mereka (yang berbuat jahat), saya melihat sesuatu yang
dinamakan dengan rasa kecewa. Keinginan dan khayalan kita berbeda dengan
kenyataan di depan mata. Sehingga terkadang kita terjatuh pada perbuatan yang
merugikan diri ataupun orang lain. Dengan kata lain, kita melakukan kejahatan.
Kita ingin
pintar, tapi materi pelajaran begitu sulit. Kita ingin berprestasi, tapi ujian
semester dan skripsi sulitnya setengah mati. Kita ingin skolah tinggi, tapi
dana tak mencukupi. Kita ingin terhindar dari zina, tapi si dia begitu
menggoda. kita ingin menjaga mata, tapi pornografi dan pornoaksi selalu
tersaji. Bahkan harta berlimpah tak juga memberi kepuasan. Dan..masih banyak
kekecewaan lainnya.
Maka, jika
kita terus menuruti rasa kecewa kita..kita akan benar-benar menjadi seorang
penjahat yang hanya mengkhayal dan mengoceh tentang kebaikan tapi bertingkah
buruk secara sembunyi2 atau terang2an. Karena apa? Karena dunia pasti akan
mengecewakan. Dia merayu dan menggoda manusia, dia menguji manusia…ketika
manusia terlarut (kadunyan) maka dunia akan membenamkan kita pada rasa kecewa
sepanjang masa. Itulah tugas dunia kurasa.
Besar
keyakinan saya bahwa semua orang memendam rasa cinta pada kebaikan. Namun,
Untuk menjadi baik, pintar, alim, mampu menjaga jiwa-raga dari syetan..memang
perlu usaha, kan? Janganlah terburu kecewa. Karena ini dunia.
Sebagai
penutup, mungkin juga ada kemungkinan bahwa……”semua manusia menyimpan warisan
kenangan akan kemulyaan, kebaikan, kenikmatan, dan kesempurnaan surga. Bukankah
bapak dan ibu pertama kita, adam dan hawa dahulu tinggal di surga? Dan saat
kita lahir ke dunia, kita kecewa karena kenangan yang ada dalam khayalan surga
kita tidak sesuai dengan keyataan dunia…haha”.
(untuk koreksi, matur suwun lan monggo..)
sumber gambar: dongeng-naura.blogspot.com
Rihanan, agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar