Oleh : Samsul Rihanan

Dan
apabila generasi muda sudah bersikap tidak peduli (apatis) serta benci terhadap
dunia politik, maka akan berujung pada penyakit “buta politik”. Yang pada
akhirnya, akan membentuk dua kelompok generasi muda penerus bangsa. Kelompok
pertama, adalah generasi muda yang diam dalam menanggapi segala kebijakan yang
terkadang, kebijakan tersebut tidak berpihak pada mereka (masyarakat). Dengan
kata lain, mereka akan kehilangan nalar kritis sebagai generasi muda sehingga
dengan mudah dikelabui oleh para politisi dan pejabat nakal. Kelompok kedua,
adalah kelompok radikal yang cenderung anarkis dalam menanggapi setiap
kebijakan pemerintah. Memang, ketika semangat yang menggebu tidak dibarengi
dengan pengetahuan yang mendalam, dapat menimbulkan tindakan kekerasan.
Sebenarnya
apabila kita melihat lebih cermat, masih ada satu lagi alasan dan kelompok yang
terkait dengan politik yang membodohkan ini. Yaitu, hal tersebut dapat menarik
perhatian dari calon “koruptor baru”. Ketika dipaparkan bahwa alam politik
adalah alam yang penuh dengan proyek dan rupiah yang melimpah, sementara di
sisi lain hukum tumpul yang tidak dapat menjangkau para koruptor “kelas kakap”,
maka akan muncul kelompok generasi muda yang tertarik dengan dunia politik
sekedar berhasrat untuk meraup keuntungan materi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya politisi yang dulunya adalah aktifis, akhirnya tersandung
dengan kasus korupsi.
Alasan-alasan
dan kelompok-kelompok di atas, adalah penjelasan mengapa dunia politik saat ini
dikatakan cenderung membodohkan masyarakat terutama remaja dan generasi muda.
Politisi nakal yang tidak memberikan teladan kebaikan, dan media yang
menyiarkan berita secara kebablasan, membuat generasi muda “buta politik” atau
tidak lagi mengetahui makna sejati dari politik. Sehingga mereka seringkali
bersikap “kurang cerdas” dalam menyikapi berbagai masalah politik dan kebijakan
pemerintahan.
Maka
dari itu, kita perlu segera menghapus politik yang membodohkan ini, menjadi
politik yang mencerdaskan generasi muda. Karena generasi muda adalah agen
perubahan yang diharapkan mampu mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik,
serta menjadi pengawal kebijakan pemerintah, agar setiap kebijakan yang diambil
benar-benar berpihak kepada rakyat.
Selanjutnya,
bagaimanakah konsep politik yang mencerdaskan ini? Sebenarnya cukup sederhana,
yaitu harus ada sinergitas antara politisi, media, dan aparat penegak hukum.
Para politisi tidak hanya mencari dukungan, namun juga memberikan teladan
kebaikan dalam dunia politik. Sementara media juga tidak hanya memberitakan
perihal dosa-dosa politik yang cenderung memprovokasi masyarakat, namun juga
mengabarkan perihal kemajuan dan kebaikan dunia politik dalam negeri. Di sisi
lain, aparat penegak hukum benar-benar tegas dalam memberikan sanksi kepada
politisi nakal.
Mungkin
konsep itu masih terkesan abstrak dan utopis. Namun kita bisa membuat sebuah
rancangan konkrit, agar konsep politik yang mencerdaskan ini bisa benar-benar
terwujud.
Yang
pertama, dengan menghentikan politik uang (money politics). Sebagaimana kita
ketahui, saat ini kegiatan membagi-bagikan uang selama berkampanye nampak jelas
terlihat dalam dunia politik. Hanya saja, “kemasan” yang dipakai oleh para
politisi sanggup mengelabui panitia pengawas pemilu (panwaslu). Misalnya
politik uang dalam bentuk sumbangan, membagikan sembako, membagikan kaos, dan
lain sebagainya. Hal ini tentu dapat membuat masyarakat terutama generasi muda
bersikap pragmatis, dengan memilih calon yang memberikan “suap”, dan
mengesampingkan visi dan misi dari para calon. Maka dari itu, perlu adanya
ketegasan. Bahwa, selama berkampanye para calon hanya boleh mengandalkan visi
dan misi. Dengan begitu generasi muda akan terlatih untuk cermat dan cerdas
dalam menentukan pilihan.
Yang
kedua, belajar politik sejak dini untuk berbakti: Saat ini kita melihat partai
politik banyak merekrut kader-kader instan yang kurang berkualitas. Pengkaderan
hanya mengandalkan kekayaan dan ketenaran untuk menarik perhatian masyarakat.
Misalnya, dengan mengkader para artis. Hal ini membuktikan bahwa dunia politik
kita mengalami kegagalan dalam mempersiapkan kader yang cerdas dan berkualitas.
Maka dari itu, harus ada pendidikan politik bagi generasi muda (pelajar
menengah dan mahasiswa). Pendidikan tentang apa itu makna sejati dari politik,
serta cara membaca kondisi politik terkini. Dengan begitu, akan tercetak
generasi muda yang kritis dan cerdas dalam mengawal dunia perpolitikan, serta
di sisi lain akan tercetak kader-kader baru yang benar-benar berkualitas.
Yang
ketiga, dengan memberikan ketegasan hukum bagi pelaku dosa politik, serta
pendidikan hukum bagi generasi muda : pemberian ganjaran terhadap pelaku dosa
politik di negeri kita selalu berjalan tidak seimbang. Mulai dari perlakuan
yang istimewa, pengurangan masa hukuman, bahkan sampai vonis bebas. Sementara
media, juga terkesan mencari berita hangat sesaat. Meskipun sebuah kasus belum
tuntas, namun segera ditinggalan jika dirasa sudah “tidak hangat” lagi. Dan
para generasi muda, hanya bisa menonton dari rumah, atau paling banter
melakukan unjuk rasa dengan berteriak di luar gedung. Hingga pada akhirnya, dosa
politik tidak diganjar setimpal, dan masyarakat terutama generasi muda tetap
diombang-ambingkan oleh tumpukan kasus-kasus baru. Maka dari itu, aparat
penegak hukum wajib ikut andil dalam mencerdaskan generasi muda dan masyarakat,
dengan menegakkan hukum setegak-tegaknya. Dan tidak lupa, memberikan pendidikan
atau paling tidak sosialisasi tentang hukum yang berlaku di Indonesia. Agar
generasi muda terlatih untuk mengawal setiap vonis hukum yang dilimpahkan
kepada khususnya pelaku dosa politik.
Apabila
ketiga hal ini dapat dilakukan, maka politik dalam negeri akan mencerdaskan
generasi muda. Cerdas dalam artian dapat menjadi masyarakat yang bijak dan
“melek politik” sehingga tidak mudah dikelabui oleh politisi nakal. Dapat
menjadi pengawal yang senantiasa mengawal setiap kebijakan dan arus politik
yang mengalir dengan cara yang lebih cerdas, tidak harus dengan demonstrasi.
Serta dapat menjadi kader-kader politik masa depan yang berkualitas jasmani dan
rohaninya. Dengan begitu, maka generasi muda bangsa dapat benar-benar menjadi
agen perubahan bagi bangsa dan Negara.
Jadi,
kesimpulannya adalah. Generasi muda wajib “melek politik”. Generasi muda harus
cerdas dalam menyikapi berbagi permasalahan yang melingkupi dunia politik. Maka,
generasi muda harus menuntut transisi dari politik yang membodohkan menjadi
politik yang mencerdaskan. Bagaimanakah konsep tuntutan itu? yaitu harus ada
sinergitas dari semua elemen. Apabila hanya mengandalkan aparat penegak hukum,
tentu terlalu naif. Maka, antara aparat penegak hukum, media, dan politisi
harus membentuk sebuah “lingkaran malaikat” yang selalu menjaga dan mengawasi
satu sama lain.
Yang
terakhir, tentu harus ada nasehat pada diri sendiri sebagai cara untuk
menginstropeksi diri. Memang kita, selaku generasi muda jengah melihat dunia
politik yang penuh dengan intrik dan manipulasi tidak sehat terutama yang berkaitan
dengan dana dan jabatan. Kita juga sudah bosan dengan begitu banyaknya
dosa-dosa yang mengiringi perjalanan politik kita. Memang, itu semua merupakan
kesalahan. Namun bukankah kesalahan itu harus diperbaiki, bukan justru dijauhi?
Maka dari itu, mari kita selaku generasi muda senantiasa belajar dan belajar
agar kita dapat menjadi generasi muda yang kritis dan juga cerdas. (*)
maka semua kembali ke pendidikan, :-p
BalasHapusmangkane sinauo politik..hehe
BalasHapus